Hay guys!
Kembali lagi bersama admin di Lentera Geografi. Sekarang admin akan menposting tentang Geomorfologi. Apa itu Geomorfologi? Gimana bentuknya? dan dimana kita akan menemukannya? semua itu akan kejawab setelah membaca postingan ini, Langsung aja guys!
A. PENGERTIAN
GEOMORFOLOGI
Geomorfologi
berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Geo (bumi), morphe (bentuk) dan logos (ilmu), sehingga kata geomorfologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari
bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang
proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Dengan kata lain, Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi
sejak bumi terbentuk sampai sekarang.
B. KONSEP
GEOMORFOLOGI KUNO
Pembahasan
tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali dengan pemikiran -
pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas pemikiran - pemikiran
para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan bentuklahan suatu
kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa silam
(Dark Age) yang telah banyak dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman
tentang evolusi geomorfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti
Herodatus, Aristoteles, Starbo dan Seneca.
Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah
banyak melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung
yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah
mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi adalah
pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil kerang di
puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus menarik kesimpulan
berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi dataran Mesir.
Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran perubahan muka air laut
yang menjadi bahasan penting didalam geomorfologi.
Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang
asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair
disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang
terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air yang
terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui asal -
usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga karang yang
sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada bentuk aliran air
yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa hujan menghasilkan
aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak menentu.
Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) menyebutkan
bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristoteles percaya bahwa
gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang sama dan menyebutkan
bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampuran udara basah dan udara kering
di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur laut yang tertutup oleh sedimen yang
membentuk daratan, sehingga terbentuk tanah timbul dan disebutkan pula bahwa
yang membawa material dari daratan ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai
alluvium.
Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah meneliti
secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang menghilang
dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of Tempe"
merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gunungapi dalam kurun
waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi. Kesimpulannya secara
alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah gunungapi yang telah mati.
Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai dan delta sungai yang memiliki
bermacam - macam ukuran selaras dengan luas daerah aliran sungai alamiah,
sehingga delta sungai yang sangat luas mencerminkan daerah aliran sungai yang
sangat luas dan susunan batuan yang paling menonjol pada daerah aliran sungai
tersebut berupa batuan yang lunak. Beberapa penelitian delta yang telah
dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta dihambat oleh kegiatan
laut, terutama oleh pasang naik.
Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya
gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran lainnya
menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang menyebabkan aliran
sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat menggerus lembah, sehingga
melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang menggerus lembah
tersebut.
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan proses
(genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan
tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian gempabumi justru
dipengaruhi oleh deformasi.
C. DASAR-DASAR GEOMORFOLOGI
1.
Proses-Proses Geomorfik
Geomorfologi merupakan suatu studi yang
mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan
(erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi.
Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan
pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk
ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada
permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi.
Konsep-konsep
dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis
menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology
of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur,
proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur
yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi
(lihat Gambar 1). Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang
dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan.
Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan
muda (youth),
dewasa (maturity),
tahapan tua (old age), lihat Gambar 2.Pada
tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap
dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainasedengan jumlah panjang dan
kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses
selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis,
meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka
air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan)
geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai
Siklus Geomorfik.
|
Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat struktur geologi pada batuan dasarnya. |
|
Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan bumi (landform). Dari (A s/d D) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai dengan tua. |
Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi
perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme, uniformiaterianisme, dan evolusi.
·
Katastrofisme
merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi terjadi secara
mendadak, contohnya letusan gunung api.
·
Uniformitarianisme
sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup berjalan
sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang
sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga
terjadi pada masa sekarang, dan seterusnya (James Hutton dan John Playfair,
1802).
·
Evolusi
cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan
membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.
1. Proses-Proses Geomorfik
Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan
fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-proses perubahan muka bumi. Secara
umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :
·
Degradasi ;
pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin,
dan glasier.
·
Aggradasi ;
pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin,
dan glasier.
·
Akibat
organisme (termasuk manusia)
b. Proses-proses hipogen (endogenetik)
·
Diastrophisme
(tektonisme)
c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya
kawah akibat jatuhnya meteor.
Istilah
gradasi (gradation)
awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana
menjadikan permukaan litosfir menjadi level yang baru. Kemudian gradasi
tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang
lebih rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).
Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa
gradasi yaitu :
·
Pelapukan,
dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi
di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini belum
termasuk transportasi.
·
Perpindahan
massa (mass
wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu massa batuan
sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air
mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media
transportasi.
·
Erosi,
merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh
suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi
sebagai bagian dari proses transportasi.
Secara
umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional
sebagai berikut landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan
perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows
(aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh
jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus dengan slopeyang kecil).
Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran
batuan manjadi klastis dan akan tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan
terjadi oleh banyak proses destruktif, antara lain :
·
Proses fisik
dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan; kerja
tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya
·
Proses-proses
kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi, karbonan,
serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh
suhu dan kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan
antara lain :
·
jenis batuan,
yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan
·
kondisi iklim
dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau
berubah-ubah.
·
kehadiran dan
kelebatan vegetasi
·
kemiringan
medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.
Proses
pelapukan berlangsung secara differential
weathering(proses pelapukan dengan perbedaan intensitas yang
disebabkan oleh perbedaan kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal tersebut
menghasilkan bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti:
·
bongkah-bongkah
desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang memperlihatkan retakan-retakan
atau kekar-kekar),
·
stone
lattice (perbedaan
kekerasan lapisan batuan sedimen yang membentuknya), mushroom(berbentuk jamur),
·
demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah penutup),
·
talus
(akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),
·
exfoliation
domes (berbentuk
bukit dari batuan masif yang homogen, dan mengelupas dalam lapisan-lapisan atau
serpihan-serpihan melengkung).
Pada
Gambar 3 dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation
domes.
|
(a). Kenampakan bentuk talus |
|
(b). Suatu exfolation domes |
b. Perpindahan massa (mass
wasting)
Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil
pelapukan, akumulasi debris (material hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada
batuan dasarnya. Gerakan tanah dapat berjalan sangat lambat hingga cepat.
Menurut oleh Sharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya
perpindahan masa adalah :
1.
faktor litologi
: tergantung pada kekompakan/rapuh material
2.
faktor
statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau permeabel-impermeabelnya
lapisan
3.
faktor
struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi
4.
faktor
topografi : slope dan dinding (tebing)
5.
faktor iklim :
temperatur, presipitasi, hujan
6.
faktor organik
: vegetasi
2.
pengikisan
lereng oleh aliran air
3.
tingkat
pelarutan oleh air atau pengisian retakan
1.2 Proses Diastromisme dan Vulkanisme
Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan
sebagai proses hipogen atau endapan karena gaya yang bekerja berasal dari dalam
(bagian bawah) kerak bumi. Proses-proses diastropik dapat dikelompokkan menjadi
2 tipe yaitu :
1.
orogenik
(pembentukkan pegunungan)
2.
epirogenik
(proses pengangkatan secara regional).
Vulkanisme
termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang menerobos ke permukaan
bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan) magma tersebut akan memberikan
kenampakan yang muncul di permukaan berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds(lipatan berbentuk
dome) akibat terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada batuan
di atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah terubah.
D. SKARN,
PENERTIAN DAN JENISNYA
Endapan skarn
pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara batuan
sedimen karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan
terjadi perubahan kandungan batuan sedimen yang kaya karbonat, besi, dan
magnesium menjadi kaya akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana proses yang
bekerja berupa metasomatisme pada intrusi atau di dekat intrusi batuan beku
(Best 1982).
Endapan skarn
terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya silika
dengan batuan sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada
keadaan temperatur 400°C - 650°C dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa
mineral calc-silicate seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai
mineral-mineral utama pembawa mineral bijih (Einaudi et al. 1981). Tapi
terkadang dijumpai juga pembentukan endapan skarn juga terbentuk pada
temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang kaya akan kandungan
Pb-Zn (Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan
skarn bervariasi tergantung pada kedalaman formasi batuan.
Klasifikasi Endapan Skarn
1. Berdasarkan batuan yang terubah (tergantikan)/batuan sedimen
a. Eksoskarn
Eksoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk di sekitar intrusi batuan beku,
tidak mengalami kontak langsung dengan intrusi.
b. Endoskarn
Endoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk pada kontak batuan sedimen dengan
intrusi ataupun di dalam batuan beku intrusi itu sendiri sebagai xenolith.
2. Berdasarkan jenis mineralnya
a. Skarn Prograde
Mineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang tinggi, dan terjadi pada
fase awal. Beberapa jenis mineral pencirinya adalah; garnet, klinopiroksen, biotit,
humit,dan montiselit.
b. Skarn Retrograde
Minineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang rendah. Beberapa contoh
mineral pencirinya adalah; serpentin, amfibol, tremolit, epidot, klorit dan
kalsit.
E. SIMBOL PEMETAAN
GEOMORFOLOGI
Simbol - simbol
yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari simbol warna, simbol gambar,
dan simbol huruf. Simbol warna digunakan untuk satuan bentuklahan adalah
sebagai berikut :
1. Satuan bentuklahan struktural (S) - warna ungu (violet)
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V) - warna merah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat
4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M) - warna hijau.
5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua
6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G) - warna biru muda.
7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A) - warna kuning.
8. Satuan bentuklahan karst (K) - warna jingga (orange)
Simbol huruf :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik - V.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.2
vulkanik atas.
c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.3
vulkanik tengah.
d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.4
vulkanik bawah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D)
a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4
4. Satuan bentuklahan marin (M)
a. Satuan bentuklahan dataran gisik - M.1
b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2
c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3
d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4
5. Satuan bentuklahan fluvial (F).
a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam - F.1
b. Satuan bentuklahan dataran banjir - F.2
c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai - F.3
6. Satuan bentuklahan Karst (K)
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst - K.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2
F. LANGKAH
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Tahap
interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio pemetaan dengan
kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak
sebagai batas pemisah aliran (water devided area)
2. Gambar
pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap lekukan
garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.
3. Batasi
pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak punggungan
yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir pengaliran.
Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan seperti pada gambar 7 dan 8
4. Nyatakan
aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut.
5. Aspek geologi yang tercermin
melalui pola aliran merupakan unsur genetikan suatu bentuklahan.
6. Klasifikasikan
bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang tampak pada peta
topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi pola aliran yang
menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan geomorfologi.
7. Perhatikan
kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan kecuraman lereng,
sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan menerus dapat diperkirakan
sebagai sesar yang berkembang di daerah tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan
kontur lainnya dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan.
8. Perhatikan kerapatan pola
aliran, karena kerpatan pola aliran akan mencerminkan janis batuan yang tahan
terhadap erosi atau mudah tererosi., sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan
yang mudah tererosi merupakan jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang
tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang keras.
9. Jika
telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka kelas
lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.
Hasil utama gunung api adalah lava, debu atau tufa, semburan gas dan asap. Lava
silika kental cenderung membentuk kubah kumulus atau "coulees" atau
letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih cair membeku membentuk
seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran lava (Ollier, 1970). Selaras
dengan kenampakan permukaan lava, maka aliran lava diklasifikasikan menjadi aa
pahoehoe, a a, lava blok dan lava bantal (gambar 33).
Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada lapisan
permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat gerakan lava yang meleleh
pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti kulit hiu dan lilitan
sejajar yang pijar, seperti melilit pilar
Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan bergerak
secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok - blok yang
saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang tindih. Aliran
lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan seperti bongkah -
bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras. Lava a a dan lava
blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald (1953) membedakan
antara a a karena bentuknya seperti kerak besi yang melintir dengan blok lava
yang memiliki bentuk blok - blok yang menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam
air atau terjadi letusan gunungapi di bawah permukaan air, maka biasanya
terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai lava bantal ("pillow
lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava yang
mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi
lava yang cair bergulung seperti kantung plastik yang diisi penuh oleh larutan.
Kantung - kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus merupakan bantal
dan biasanya saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak
berbentuk membulat, tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam
membentuk lapisan. Tampilan ini tampak sama dengan kilapan kaca, kulit
tachylitic dan rekaha radial (gambar 34), membentuk bantal yang mudah dibedakan
dari bentukkebundaran bongkah karrena pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava
bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada juga yang terbentuk pada air tawar
(danau).
Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan, sehingga
terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini tidak
pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri
yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan
(kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan oleh garis - garis
kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan (kontraksi)
memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk
pecahan heksagonal. Pola - pola kekar
yang tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah
membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.
Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal seperti
bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam satu
kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal dan
terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada bagian
dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan mengkerut
dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung ujung
aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok - blok
lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava tersebut,
sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk bongkah -
bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin secara
tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus membentuk ujung - ujung
aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan aliran yang baru. Pada
bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging perlahan - lahan masih
bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak setiap saat,
sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu aliran lava
yang tampak dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga aliran
lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya aliran
lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai,
sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air
terjun. Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan penghalang -
penghalang di jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair akan
terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang bertindak seperti tangul -
tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat rumit, sehingga
dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang berlapis, gua -
gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran lava
("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk
cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.
H. BENTUK LAHAN
ASAL STRUKTURAL
Pengaruh
struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan bentuklahan disebut
sebagai bentang lahan yang dipengaruhi oleh struktur. Pengaruh struktur geologi
yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan secara keseluruhan sampai
tampilan terkecil bentuk lahan yang berlangsung bersamaan dengan proses
geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada geomorfologi dapat dibagi
menjadi dua jenis struktur utama; yaitu :
(1) struktur aktif yang berlangsung
sehingga meninggalkan jejak bentanglahan modern,
(2) struktur pasif yang
meninggalkan jejak pada bentanglahan modern berupa pelapukan dan erosi.
Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur
geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara
dan peta topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan
bentuk massa batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara lain :
(a)
ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi,
(b) perubahan kristal dan
pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi,
(c) penampilan lapisan dan
(d)
tampilan bentuk lainnya.
Batuan dan iklim memiliki peran penting pada tampilan
geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi
geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergambar pada peta
topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya batuan memiliki
perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga sangat mendorong
terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya lereng yang
terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang relatif
tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang cekung
cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa
ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung
atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau
proses
erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga batuan
tampak seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak pada
tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika
dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan interpretasi foto udara dan peta
topografi ditambah dengan pengetahuan geologi umum akan memberikan hasil lebih
baik didalam menentukan batas - batas batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan
dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti tampilan gawir sesar dan erosi.
Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan peta topografi akan
mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu daerah, walaupun
tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali struktur
geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith
(1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu
daerah melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1)
kenampakkan topografi, (2) warna tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4)
struktur primer dan sekunder.
Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan
kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan
terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di
bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat
antara interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan
analisis geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi
akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan
gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah
- daerah tektonik muda.
Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan tanah
disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu pengikisan,
maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi yang ada.
Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan kemiringan lapisan
batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan endapan yang memiliki
bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan terhadap pelapukan dan
erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir datar dan kontak sejajara
serta tertutup tanah, pada kontur topografi menunjukkan pola - pola lingkaran
tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang datar seolah - olah tidak
memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar pada bidang lapisan
batuan tersebut.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan dengan
perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh perubahan
lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang
sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai menunjukkan
lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Kelompok lapisan
batuan yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap pelapukan dan
erosi akan menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena keseragaman ketahanan
terhadap pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan mengambarkan pola
aliran dendritik, khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan tidak ada. Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis kontak
lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan
pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang
tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan
batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga
pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan
batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus
dan kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan
relief arah jurus lapisan batuan lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk
permukaan lapisan batuan tersebut. Permukaan topografi yang datar menyebabkan
pola permukaan lapisan batuan.
Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada suatu daerah
bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang
beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk
relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau
menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan,
sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran
dapat digunakan sebagai ciri penentuan struktur. Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan
batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan
dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah
kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran
yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh
aliran utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau gabungan kedua
pola tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang berbentuk kubah atau
lipatan (antiklin) sungkup.
Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan, sedangkan kekar -
kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau mendatar pada
lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan. Sistem kekar
sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar
yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak
terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem
kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara dan peta topografi
dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi yang berkelompok
pada jalur kekar dan arah perbukitan.
Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang panjang
dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan suatu
gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara
atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang
tersesarkan tergantung pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan
kekerasan batuan. Perbedaan erosi sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara
bidang sesar dengan permukaan) jarang sekali nampak, dibandingkan dengan hasil
langsung dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar (bidang sesar),
sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis dan biasanya disebut
sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen adalah kenampakan
gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tampak blok yang naik dan
turun.
Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk menentukan
gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :
(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan hanya
pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan kesan goresan
belum tentu sebagai gawir sesar.
(2). Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -
goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan
tersebut jarang ditemukan.
(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,
atau miring.
(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri
bagian ujung atas yang meruncing.
Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat dengan
sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang. Biasanya lereng
permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 300, sedangkan bidang sesar normal
lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang meruncing dari permukaan segitiga
(triangular facet) mengalami perombakan oleh pelapukan dan erosi, sehingga tidak
menunjukkan ciri - ciri permukaan sesar.
(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal kenyataannya
melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yang memiliki gawir yang
lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis gawir sesar.
(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.
(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang
jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur"
("wineglass" valley), sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang
(Resen).
(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik biasanya
terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi di sepanjang garis
gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan regangan pada kedua sisi blok
sesar.
(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjang
sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.
(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi
sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagai mintakat
lemah.
Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti sebagai
sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar
saat sekarang atau masa lalu antara lain :
- sering terjadi longsoran.
- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.
- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.
- kelokan tajam aliran sungai.
H. BENTUK LAHAN
DENUDASIOANAL
Proses eksogen
(epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia merupakan faktor
pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denudasional. Iklim, seperti
curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses pelapukan
batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat membantu
percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuklahan terjadi sangat cepat.
Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola
punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola
dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif
terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah
lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri
bentuklahan denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau
citra satelit. Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuklahan asal
denudasional dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran
(degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional).
Bentuklahan
gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %),
dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material
yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material
halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan
lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah - rempah
gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi ke
permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang panjang,
sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu
saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi
tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi
masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.
J. SUNGAI
BERDASARKAN SUMBER AIRNYA
a) Sungai
yang Bersumber dari Mata Air
Sungai semacam
ini biasanya terdapat di daerah yang mempunyai curah hujan sepanjang tahun
dan alirannya tertutup vegetasi.
b) Sungai
yang Bersumber dari Air Hujan
Sungai hujan
yaitu sungai yang airnya bersumber dari air hujan. Sungai di Indonesia
pada umumnya termasuk sungai jenis ini, sebab wilayah Indonesia beriklim
tropis dan banyak turun hujan.
c) Sungai
Gletser
Sungai gletser
yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari pencairan
es. Sungai
jenis ini biasanya hanya terdapat di daerah dengan ketinggian di atas
5.000 m dari permukaan laut.
d) Sungai
Campuran
Sungai campuran
yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan pencairan es.
Contoh sungai campuran di Indonesia adala Sungai Memberamo dan Sungai
Digul di Papua.
Mungkin sebatas itu dulu dipostingan kali ini, guys! sebenernya masih banyak lagi pembahasan-pembahasan tentang Geomorfologi, tapi kita lanjukan dipostingan yang lain, yah :)
Semoga bermanfaat bagi kita semua :D
Referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi