Geomorfologi

4:21 PM Unknown 0 Comments

Hay guys!
Kembali lagi bersama admin di Lentera Geografi. Sekarang admin akan menposting tentang Geomorfologi. Apa itu Geomorfologi? Gimana bentuknya? dan dimana kita akan menemukannya? semua itu akan kejawab setelah membaca postingan ini, Langsung aja guys!



A. PENGERTIAN GEOMORFOLOGI
   Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Geo (bumi), morphe (bentuk) dan logos (ilmu), sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.

Dengan kata lain, Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang.

B. KONSEP GEOMORFOLOGI KUNO
   Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali dengan pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi geomorfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus, Aristoteles, Starbo dan Seneca.



Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus menarik kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi dataran Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran perubahan muka air laut yang menjadi bahasan penting didalam geomorfologi.



Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air yang terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada bentuk aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak menentu.



Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristoteles percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang sama dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampuran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium.

Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah meneliti secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gunungapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi. Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai dan delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sangat luas mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak. Beberapa penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.



Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang menyebabkan aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat menggerus lembah, sehingga

melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang menggerus lembah tersebut.
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi.

C. DASAR-DASAR GEOMORFOLOGI

1. Proses-Proses Geomorfik

   Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi.
   Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi (lihat Gambar 1). Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age), lihat Gambar 2.Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainasedengan jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.
Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat struktur geologi pada batuan dasarnya.
Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan bumi (landform). Dari (A s/d D) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai dengan tua.

Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme, uniformiaterianisme, dan evolusi.
·         Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.
·         Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa sekarang, dan seterusnya (James Hutton dan John Playfair, 1802).
·         Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.
1. Proses-Proses Geomorfik
   Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :
·         Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.
·         Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.
·         Akibat organisme (termasuk manusia)
b. Proses-proses hipogen (endogenetik)
·         Diastrophisme (tektonisme)
·         Vulkanisme
c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.
1.1 Proses Gradasional
   Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir menjadi level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).
Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :
·         Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini belum termasuk transportasi.
·         Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media transportasi.
·         Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi sebagai bagian dari proses transportasi.
Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional sebagai berikut landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus dengan slopeyang kecil).

a. Pelapukan batuan
   Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis dan akan tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses destruktif, antara lain :
·         Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan; kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya
·         Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi, karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh suhu dan kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :
·         jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan
·         kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau berubah-ubah.
·         kehadiran dan kelebatan vegetasi
·         kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.
Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering(proses pelapukan dengan perbedaan intensitas yang disebabkan oleh perbedaan kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal tersebut menghasilkan bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti:
·         bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang memperlihatkan retakan-retakan atau kekar-kekar),
·         stone lattice (perbedaan kekerasan lapisan batuan sedimen yang membentuknya), mushroom(berbentuk jamur),
·         demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah penutup),
·         talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),
·         exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang homogen, dan mengelupas dalam lapisan-lapisan atau serpihan-serpihan melengkung).
Pada Gambar 3 dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation domes.

(a). Kenampakan bentuk talus
(b). Suatu exfolation domes

b. Perpindahan massa (mass wasting)
   Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris (material hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah dapat berjalan sangat lambat hingga cepat. Menurut oleh Sharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya perpindahan masa adalah :
·         Faktor-faktor pasif
1.      faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material
2.      faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau permeabel-impermeabelnya lapisan
3.      faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi
4.      faktor topografi : slope dan dinding (tebing)
5.      faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan
6.      faktor organik : vegetasi
·         Faktor-faktor aktif
1.      proses perombakan
2.      pengikisan lereng oleh aliran air
3.      tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan
1.2 Proses Diastromisme dan Vulkanisme
   Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau endapan karena gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi. Proses-proses diastropik dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
1.      orogenik (pembentukkan pegunungan)
2.      epirogenik (proses pengangkatan secara regional).
Vulkanisme termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang menerobos ke permukaan bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan) magma tersebut akan memberikan kenampakan yang muncul di permukaan berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds(lipatan berbentuk dome) akibat terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada batuan di atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah terubah.

D. SKARN, PENERTIAN DAN JENISNYA

   Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara batuan sedimen karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi perubahan kandungan batuan sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana proses yang bekerja berupa metasomatisme pada intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).


Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya silika dengan batuan sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada keadaan temperatur 400°C - 650°C dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-silicate seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai mineral-mineral utama pembawa mineral bijih (Einaudi et al. 1981). Tapi terkadang dijumpai juga pembentukan endapan skarn juga terbentuk pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang kaya akan kandungan Pb-Zn (Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan skarn bervariasi tergantung pada kedalaman formasi batuan.



Klasifikasi Endapan Skarn

1. Berdasarkan batuan yang terubah (tergantikan)/batuan sedimen
a. Eksoskarn
Eksoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk di sekitar intrusi batuan beku, tidak mengalami kontak langsung dengan intrusi.
b. Endoskarn
Endoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk pada kontak batuan sedimen dengan intrusi ataupun di dalam batuan beku intrusi itu sendiri sebagai xenolith.

2. Berdasarkan jenis mineralnya
a. Skarn Prograde
Mineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang tinggi, dan terjadi pada fase awal. Beberapa jenis mineral pencirinya adalah; garnet, klinopiroksen, biotit, humit,dan montiselit.
b. Skarn Retrograde
Minineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang rendah. Beberapa contoh mineral pencirinya adalah; serpentin, amfibol, tremolit, epidot, klorit dan kalsit.

E. SIMBOL PEMETAAN GEOMORFOLOGI


   Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari simbol warna, simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna digunakan untuk satuan bentuklahan adalah sebagai berikut :

1. Satuan bentuklahan struktural (S) - warna ungu (violet)

2. Satuan bentuklahan vulkanik (V) - warna merah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat
4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M) - warna hijau.
5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua
6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G) - warna biru muda.
7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A) - warna kuning.
8. Satuan bentuklahan karst (K) - warna jingga (orange)




Simbol huruf :

1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik - V.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.2
vulkanik atas.
c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.3
vulkanik tengah.
d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.4
vulkanik bawah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D)
a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4
4. Satuan bentuklahan marin (M)
a. Satuan bentuklahan dataran gisik - M.1
b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2
c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3
d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4
5. Satuan bentuklahan fluvial (F).
a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam - F.1
b. Satuan bentuklahan dataran banjir - F.2
c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai - F.3
6. Satuan bentuklahan Karst (K)
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst - K.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2


F. LANGKAH PEMETAAN GEOMORFOLOGI

   Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio pemetaan dengan kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran (water devided area)
2. Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.
3. Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan seperti pada gambar 7 dan 8
4. Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut.
5. Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan suatu bentuklahan.
6. Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi pola aliran yang menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan geomorfologi.
7. Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkembang di daerah tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan.
8. Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi., sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang keras.

9. Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.

G. JENIS LAVA



   Hasil utama gunung api adalah lava, debu atau tufa, semburan gas dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus atau "coulees" atau letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih cair membeku membentuk seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran lava (Ollier, 1970). Selaras dengan kenampakan permukaan lava, maka aliran lava diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a a, lava blok dan lava bantal (gambar 33).
Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada lapisan permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat gerakan lava yang meleleh pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti kulit hiu dan lilitan sejajar yang pijar, seperti melilit pilar
Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan bergerak secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok - blok yang saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang tindih. Aliran lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan seperti bongkah - bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras. Lava a a dan lava blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald (1953) membedakan antara a a karena bentuknya seperti kerak besi yang melintir dengan blok lava yang memiliki bentuk blok - blok yang menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi di bawah permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai lava bantal ("pillow lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava yang mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi lava yang cair bergulung seperti kantung plastik yang diisi penuh oleh larutan. Kantung - kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus merupakan bantal dan biasanya saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak berbentuk membulat, tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan. Tampilan ini tampak sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34), membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah karrena pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada juga yang terbentuk pada air tawar (danau).
   Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan, sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini tidak pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan (kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan oleh garis - garis kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan (kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk pecahan heksagonal. Pola - pola kekar
yang tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.
   Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal seperti bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam satu kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.
   Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada bagian dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan mengkerut dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung ujung aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok - blok lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava tersebut, sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk bongkah - bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan aliran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging perlahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu aliran lava yang tampak dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai, sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air terjun. Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan penghalang - penghalang di jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.

H. BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL



   Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan bentuklahan disebut sebagai bentang lahan yang dipengaruhi oleh struktur. Pengaruh struktur geologi yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan secara keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuk lahan yang berlangsung bersamaan dengan proses geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : 
(1) struktur aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak bentanglahan modern, 
(2) struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentanglahan modern berupa pelapukan dan erosi.


  Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan peta topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan bentuk massa batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara lain : 

(a) ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi, 
(b) perubahan kristal dan pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, 
(c) penampilan lapisan dan 
(d) tampilan bentuk lainnya. 
   Batuan dan iklim memiliki peran penting pada tampilan geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergambar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya batuan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga sangat mendorong terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya lereng yang terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang cekung cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau proses
erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga batuan tampak seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan interpretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan geologi umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali struktur geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith (1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan topografi, (2) warna tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan sekunder.
   Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah - daerah tektonik muda.
   Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan endapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir datar dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur topografi menunjukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar pada bidang lapisan batuan tersebut.
   Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan tidak ada. Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut. Permukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan.
   Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan struktur. Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.
   Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan, sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan. Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.

   Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang panjang dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan suatu gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan tergantung pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar dengan permukaan) jarang sekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis dan biasanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tampak blok yang naik dan turun.

Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :



(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan hanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.

(2). Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -
goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan
tersebut jarang ditemukan.
(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,
atau miring.
(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujung atas yang meruncing.



Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang. Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 300, sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang meruncing dari permukaan segitiga (triangular facet) mengalami perombakan oleh pelapukan dan erosi, sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan sesar.

(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yang memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis gawir sesar.
(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.
(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur" ("wineglass" valley), sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen).
(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi di sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan regangan pada kedua sisi blok sesar.
(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjang sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.
(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagai mintakat lemah.
Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti sebagai sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar saat sekarang atau masa lalu antara lain :
- sering terjadi longsoran.
- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.
- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.
- kelokan tajam aliran sungai.

H. BENTUK LAHAN DENUDASIOANAL


   Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denudasional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuklahan terjadi sangat cepat.

Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri bentuklahan denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit. Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuklahan asal denudasional dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran (degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional).

I. BENTUK LAHAN VULKANIK


   Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.

J. SUNGAI BERDASARKAN SUMBER AIRNYA

a)   Sungai yang Bersumber dari Mata Air
Sungai semacam ini biasanya terdapat di daerah yang mempunyai curah hujan sepanjang tahun dan alirannya tertutup vegetasi.
b)   Sungai yang Bersumber dari Air Hujan
Sungai hujan yaitu sungai yang airnya bersumber dari air hujan. Sungai di Indonesia pada umumnya termasuk sungai jenis ini, sebab wilayah Indonesia beriklim tropis dan banyak turun hujan.
c)   Sungai Gletser
Sungai gletser yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari pencairan
es. Sungai jenis ini biasanya hanya terdapat di daerah dengan ketinggian di atas 5.000 m dari permukaan laut.
d)  Sungai Campuran
Sungai campuran yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan pencairan es. Contoh sungai campuran di Indonesia adala Sungai Memberamo dan Sungai Digul di Papua.

Mungkin sebatas itu dulu dipostingan kali ini, guys! sebenernya masih banyak lagi pembahasan-pembahasan tentang Geomorfologi, tapi kita lanjukan dipostingan yang lain, yah :)
Semoga bermanfaat bagi kita semua :D





Referensi :  https://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi

0 komentar: